Coretan Lusuh: "Kita Yang Tanpa Rencana"
Unknown
|
Rabu, 23 Maret 2016
|
0 Cuap-Cuap
Saya terus mempercepat langkah kaki--di tengah terik matahari yang
seakan tiada iba melihatku, dengan bulir keringat yang terus mengucur
dari pelipis hingga ke leher. Bahu seakan terasa patah karena tas ransel
yang berisi buku-buku, terus menggantung di punggung sepanjang
perjalanan pulang dari kampus. sampai ketika saya memasuki
sebuah gang kecil menuju kontrakan, tiba-tiba langkahku terhenti oleh isak tangis seorang gadis kecil berseragam putih-biru. Dia tertunduk membenamkan wajahnya pada kedua lengan yang bertumpu pada kedua lutut mungilnya di ujung lorong. Kemudian saya memelankan langkah perlahan menghampiri--berniat mencari tahu gerangan apa yang sedang berlaku padanya. Selembut mungkin saya memegang bahunya--meyakinkan bahwa kehadiran saya tak lebih karena sebuah rasa empati, lalu duduk tepat sampingnya. Dia pun mengangkat wajahnya pelan, memperlihatkan sepasang bola mata indahnya--yang kini sebak dan memerah karena air mata. Lalu saya ditatapnya dengan isak yang ditahan, seakan berucap "Jangan pedulikan saya". Sayapun mulai beranikan diri untuk menanyai gadis belia yang tengah dirundung gulana itu. "Kamu kenapa De'..?? Tanyaku lembut.
Tanpa sepatah kata yang keluar dari bibirnya--dia pun berdiri dan memberikan selembar kertas yang sedikit kumal dan basah oleh air matanya, dia pun berlalu seketika. Tanpa mempedulikan saya--yang tengah diselimuti sejuta kebingungan dan ribuan tanda tanya yang berkecamuk dalam kepala. Saya hanya terus memandangi kepergiannya yang semakin menjauh dengan langkah-langkah kecilnya dan kemudian hilang dari pandangan.
Saya masih belum bangkit dari duduk. Lama tercenung, lalu perlahan saya buka lembaran kertas milik gadis kecil tadi-- yang ia berikan sebelum pergi. "Apa ini...?" pikirku. Saya pun membaca goresan demi goresan yang tergurat dalam kertas itu...
++=========================++
sebuah gang kecil menuju kontrakan, tiba-tiba langkahku terhenti oleh isak tangis seorang gadis kecil berseragam putih-biru. Dia tertunduk membenamkan wajahnya pada kedua lengan yang bertumpu pada kedua lutut mungilnya di ujung lorong. Kemudian saya memelankan langkah perlahan menghampiri--berniat mencari tahu gerangan apa yang sedang berlaku padanya. Selembut mungkin saya memegang bahunya--meyakinkan bahwa kehadiran saya tak lebih karena sebuah rasa empati, lalu duduk tepat sampingnya. Dia pun mengangkat wajahnya pelan, memperlihatkan sepasang bola mata indahnya--yang kini sebak dan memerah karena air mata. Lalu saya ditatapnya dengan isak yang ditahan, seakan berucap "Jangan pedulikan saya". Sayapun mulai beranikan diri untuk menanyai gadis belia yang tengah dirundung gulana itu. "Kamu kenapa De'..?? Tanyaku lembut.
Tanpa sepatah kata yang keluar dari bibirnya--dia pun berdiri dan memberikan selembar kertas yang sedikit kumal dan basah oleh air matanya, dia pun berlalu seketika. Tanpa mempedulikan saya--yang tengah diselimuti sejuta kebingungan dan ribuan tanda tanya yang berkecamuk dalam kepala. Saya hanya terus memandangi kepergiannya yang semakin menjauh dengan langkah-langkah kecilnya dan kemudian hilang dari pandangan.
Saya masih belum bangkit dari duduk. Lama tercenung, lalu perlahan saya buka lembaran kertas milik gadis kecil tadi-- yang ia berikan sebelum pergi. "Apa ini...?" pikirku. Saya pun membaca goresan demi goresan yang tergurat dalam kertas itu...
++=========================++
**Kita Yang Tanpa Rencana**
Bahkan tak pernah sekalipun ku mengiba kepada takdir
Agar kita dipertemukan lalu saling mengenal
Tapi inilah yang berlaku~
Kau perkenalkan aku akan arti kerinduan
Dan rasa takut pada sesuatu bernama kehilangan
Agar kita dipertemukan lalu saling mengenal
Tapi inilah yang berlaku~
Kau perkenalkan aku akan arti kerinduan
Dan rasa takut pada sesuatu bernama kehilangan
Bahkan ku belum sempat berterima kasih pada sang waktu
Yang begitu banyak sudah pergantian yang kita lewati
tanpa perhentian~
Menuliskan cerita tentang cinta, rasa dan karsa
yang hanya mengisahkan antara kita dan bahagia
di singgasana agung, suci nan mulia
seperti janji yang terikrar di rumah kita
Yang begitu banyak sudah pergantian yang kita lewati
tanpa perhentian~
Menuliskan cerita tentang cinta, rasa dan karsa
yang hanya mengisahkan antara kita dan bahagia
di singgasana agung, suci nan mulia
seperti janji yang terikrar di rumah kita
Tapi sekali ini...
biarlah aku sambangi celah waktu terbijaksana
meski langkah harus terseok pada lorong-lorong nista
Akan ku emiskan welas asih dari sang takdir
Biar mewujud satu karsa --yang tlah terukir di lembaran asa
biarlah aku sambangi celah waktu terbijaksana
meski langkah harus terseok pada lorong-lorong nista
Akan ku emiskan welas asih dari sang takdir
Biar mewujud satu karsa --yang tlah terukir di lembaran asa
Sekalipun yang ku tahu~
Bahwa cerita yang tlah kita tuliskan pada silam
Hanyalah satu kisah tanpa rencana~
Tapi perhentian yang kumohonkan
Hanyalah untuk aku, kau dan kita
Selamanya...
=========================================================================
Bahwa cerita yang tlah kita tuliskan pada silam
Hanyalah satu kisah tanpa rencana~
Tapi perhentian yang kumohonkan
Hanyalah untuk aku, kau dan kita
Selamanya...
=========================================================================
Oleh: Panglima Kumbang
Berdasarkan Label: Cerpen Anak Negeri , Kisah Inspiratif , RETORIKA BIJAK , SEKEDAR ANEKDOT , WISATA IMAN
0 Cuap-Cuap
Trackback URL | Comments RSS Feed