Kisah Usang: "Sebuah Penantian"
Unknown
|
Rabu, 23 Maret 2016
|
0 Cuap-Cuap
Siang itu terik matahari di terminal
Biak (kota Luwuk), seperti menikam ubun-ubun. Membuat bulir keringat
terus mengucur. Namun saya tak bisa berbuat banyak selain menunggu.
Menunggu mobil yang akan berangkat ke kota Pagimana, tepatnya ke
pelabuhan feri--yang berjarak sekira dua jam dari kota Luwuk. Lalu saya
akan menyeberang ke Gorontalo.
Sembari menunggu, saya luangkan waktu untuk jeprat-jepret suasana di terminal. Puas membingkai momen dengan lensa, tiba-tiba salah satu bagian tubuh saya menuntut haknya. Saya bergegas mencari kedai yang bersahabat dengan kantong untuk mengisi perut yang sudah tak bisa lagi diajak berdamai. Menelisik satu persatu kedai yg berjajar di pinggiran terminal, nanarku pun terhenti pada satu kedai--dengan plang bertuliskan "Kios Penantian". Hmm.., unik juga namanya..! Gumamku. Sayapun bergegas masuk lalu memesan makanan. Tak lama menunggu, pesanan pun datang, lalu nyam..nyam..nyam.. (Oops.., makan jgn bersuara).Ok, back to the subject.
Terkadang, saya berpikir bahwa setiap kita dalam keadaan apa pun, di mana, kapan, atau bersama siapa pun, adalah sedang menanti. Ya, setiap yg berlaku dalam hidup (tak terkecuali hidup saya) adalah tak lebih dari sebuah "Penantian". Katakanlah saya yg dengan perut keroncongan di bangku terminal, seorang ibu penjaga kedai yang mulai keriput termakan usia, para supir yang tak kunjung memberangkatkan mobilnya--karena belum cukup penumpang, tukang parkir yang tak menghiraukan kulitnya lekang terpanggang matahari, bocah-bocah dekil penjaja makanan ringan dan air mineral, setidaknya itu tak lebih dari wujud "penantian". Dan yang saya sebutkan itu, hanya secuil dari sejuta "Penantian" yang kita lakukan. Dengan wujud yg berbeda tentunya.
Karena bentuk "Penantian" yg kita lalui dalam hidup ini, pasti berbeda 1 sama lain. Tapi yg mungkin perlu digaris bawahi, bahwa TUJUAN dari "Penantian" yg kita lalui adalah sama. Menanti datangnya "Bahagia". Baik dunia maupun untuk kehidupan yang selanjutnya.
Dan sekarang, kita tak memiliki 1 alasan pun tuk mendustakan, bahwa hidup yg tengah kita jalani ini adalah sebuah "Penantian", untuk 1 momentum yg kita sebut "Kebahagiaan".
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Oleh: Panglima Kumbang
{Cek IG; suara_pengembara}
Sembari menunggu, saya luangkan waktu untuk jeprat-jepret suasana di terminal. Puas membingkai momen dengan lensa, tiba-tiba salah satu bagian tubuh saya menuntut haknya. Saya bergegas mencari kedai yang bersahabat dengan kantong untuk mengisi perut yang sudah tak bisa lagi diajak berdamai. Menelisik satu persatu kedai yg berjajar di pinggiran terminal, nanarku pun terhenti pada satu kedai--dengan plang bertuliskan "Kios Penantian". Hmm.., unik juga namanya..! Gumamku. Sayapun bergegas masuk lalu memesan makanan. Tak lama menunggu, pesanan pun datang, lalu nyam..nyam..nyam.. (Oops.., makan jgn bersuara).Ok, back to the subject.
Terkadang, saya berpikir bahwa setiap kita dalam keadaan apa pun, di mana, kapan, atau bersama siapa pun, adalah sedang menanti. Ya, setiap yg berlaku dalam hidup (tak terkecuali hidup saya) adalah tak lebih dari sebuah "Penantian". Katakanlah saya yg dengan perut keroncongan di bangku terminal, seorang ibu penjaga kedai yang mulai keriput termakan usia, para supir yang tak kunjung memberangkatkan mobilnya--karena belum cukup penumpang, tukang parkir yang tak menghiraukan kulitnya lekang terpanggang matahari, bocah-bocah dekil penjaja makanan ringan dan air mineral, setidaknya itu tak lebih dari wujud "penantian". Dan yang saya sebutkan itu, hanya secuil dari sejuta "Penantian" yang kita lakukan. Dengan wujud yg berbeda tentunya.
Karena bentuk "Penantian" yg kita lalui dalam hidup ini, pasti berbeda 1 sama lain. Tapi yg mungkin perlu digaris bawahi, bahwa TUJUAN dari "Penantian" yg kita lalui adalah sama. Menanti datangnya "Bahagia". Baik dunia maupun untuk kehidupan yang selanjutnya.
Dan sekarang, kita tak memiliki 1 alasan pun tuk mendustakan, bahwa hidup yg tengah kita jalani ini adalah sebuah "Penantian", untuk 1 momentum yg kita sebut "Kebahagiaan".
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Oleh: Panglima Kumbang
{Cek IG; suara_pengembara}
Berdasarkan Label: Cerpen Anak Negeri , Indonesiaku , Kisah Inspiratif , RETORIKA BIJAK , SEKEDAR ANEKDOT
0 Cuap-Cuap
Trackback URL | Comments RSS Feed