• RUANG KELUARGA
  • Sedekah Jempol Dulu Yuk!

    Cerpen: "Tentang Sebuah Nama"

    Hujan selalu saja spesial, selalu dinanti. Tapi ini bukan tentang hujan, ini tentang sebuah nama. Sebuah nama yang selalu saja spesial, sebuah nama berhias sejuta kerinduan. Ini tentang sebuah nama yang telah terpatri dalam sunyi. Sebuah nama yang bahkan dia tidak pernah tahu aku selalu mengenangnya dan menunggunya, meski ku tahu itu sia-sia.
    “Boleh aku duduk sini?” sapa seseorang.
    “Adi, ya pasti boleh lah.” ucapku.
    “Kamu ngapain di sini sendirian Na?”
    “Gak papa. Lagi pengen aja.”
    “Ana…”
    “Ya?”
    “Aku mau minta maaf sama kamu.”
    “Maaf untuk apa Di?”
    “Ya mungkin aja selama ini aku pernah nyakitin kamu.”
    “Kamu kaya udah mau kemana aja Di! Ke kelas yuk.” ajakku.
    Ini tentang sebuah nama, nama yang selalu spesial. Adi. Nama itu, tentang semua yang ada padanya, yang sedikitpun tak bisa ku lupa. Tentang tawanya, candanya, hidupnya, tentang cinta yang diam-diam ku simpan untuknya. Cinta yang hanya berani ku sampaikan kepada langit-langit kamarku, kepada cicak yang tengah mengincar mangsa, kepada kertas, kepada pena. Ini tentang sebuah nama yang memaksaku masuk ke muara sedih tak berkesudahan.
    “Adi kamu ngapain pagi-pagi ke sini?”
    “Selamat ulang tahun Ana. Ini buat kamu.”
    “Harusnya kamu gak perlu repot-repot Di, makasih banyak ya.”
    “Iya Na, kalau gitu aku permisi ya. Semoga kamu selalu bahagia meski nanti kita harus terpisah.”
    “Apapun yang terjadi, kamu tetep sahabat terbaikku Di. Sahabat terbaik dan tak terganti.”
    Adi pergi begitu saja. Entah apa yang membuatnya begitu aneh. Tepat saat badannya sempurna tak terlihat dari mataku, badai itu datang. Bunyi petirnya begitu memekakkan telinga.
    “Din, kamu mau kemana? Mau layat?”
    “Jadi kamu gak tau Na?”
    “Apa?”
    “Adi.. Adi…”
    “Iya kenapa dengan Adi?”
    “Adi pergi Na, pergi ke dimensi lain 10 menit yang lalu.”
    “Dinda pasti bercanda kan? Adi gak mungkin pergi, dia baru dateng ke sini tadi. Dia kasih ini buat aku, dia ucapin selamat ulang tahun buat aku, dia masih senyum untuk aku, ini gak mungkin! Adi… bagaimana mungkin?”
    “Sebaiknya kamu sekarang ikut aku Na.”
    Dan sampailah aku ke tempat itu. Tempat yang membuatku semakin hancur, hati ini tak berbentuk lagi. Adi? Bagaimana mungkin dia pergi? Dia.. Adi.. Sebuah nama yang selalu ku sebut dalam doa. Sebuah nama yang selalu membuatku bahagia saat ingat dia, sebuah nama dengan warna terindah di jiwa. Ini tentang sebuah nama, yang selalu ku tunggu. Selalu ku nanti. Meski tak lebih dari sebuah ilusi dan mimpi, sebuah nama yang selalu spesial.
    Kini sebuah nama itu sempurna empat tahun pergi. Menyisakan sengatan-sengatan rindu, deburan cinta, meninggalkan aku yang hanya bisa termangu. Adi, apa kabar kamu di sana? Apa kau tahu aku selalu merindukanmu? Sudah empat tahun berlalu Di, dan aku sungguh selalu menunggu. Selalu.

    Created by: Ana Zuhriatun Nisa

    Berdasarkan Label:

    Napak Tilas

    iNuPEDIA merupakan warung online yang informatif. Karena selain menjajakan produk tertentu, iNuPEDIA juga menyajikan ragam informasi bermanfaat yang berasal dari sumber terpercaya dan akurat. Melalui media ini... >> Baca Lanjutannya.

    Jangan Sungkan Bercuap-cuap...

    Buatlah Aku Tau Atas Apa Yang Kau Tau. Dan Pun Sebaliknya.

    JANGAN SUNGKAN

    Menu :

    Ikuti iNuPEDIA = Anda Dapat 1 Follower