"Perjalanan Hidupku Seakan Dipaksakan"
Unknown
|
Minggu, 08 Maret 2015
|
0 Cuap-Cuap
Mungkin ada sebagian orang termasuk saya ingin mengulang kejadian
lampau, memperbaiki kesalahan yang menjadi beban di hari selanjutnya.
Tapi itu tak bermanfaat karena tak mungkin terjadi, kecuali kita
terlahir kembali. Disini saya akan menceritakan sedikit pengalaman hidup
yang sudah ada masih menjadi beban penyesalan, walaupun memotifasi diri
saya namun tidak tepat sasaran alias konyol.
Saya tamat smp tahun
94 dengan nem cuma 33,33 sedangkan sekolah lanjutan atas negeri pada
waktu itu mematok nem 37,00. Pikiran jadi kacau makan tak enak tidur apa
lagi, mendengar kokokan ayam jago pun seakan terasa masih terjebak masa
lalu. Karena saya selalu murung , ayah akhirya tau permasalahan saya,
dan menyarankan sekolah swasta yang tidak saya minati karena dulu
sekolah swasta terkesan bersiswa nakal dan bodoh. apalah daya ahirnya
saya terima. Saya mengambil jurusan otomotif di smk saraswati tabanan.
kesan pertama tidak begitu mengenakan di mana saya seakan ada di
kehidupan baru yang gersang, berbeda dengan waktu smp yang suasana
lingkunganya sejuk dan rindang. Waktu terasa sangat panjang pada jam
belajar mungkin karena terlalu di paksakan dari awal. kebosanan saya di
sekolah makin menjadi jadi karena saya sempat di bully teman sekelas.
Akhirnya sistem magang pun mulai. hati saya mulai tenang karena akan
lebih banyak ada di dunia kerja/lapangan ketimbang di sekolah. saya
memilih reparasi sepeda motor karena fisik saya tidak begitu kuat, dan
maunya magang di sebuah dealer, tapi lagi lagi ayah saya menyarankan
saya magang di tempat paman yang kebetulan montir sepeda motor. Lalu
hari pertama saya di antar ayah ke tempat kerja paman, dia tidak punya
anak lebih dari 30 th stelah menikah. pikiran saya, di pasti akan
menganggap saya seperti anak sendiri.
Ternyata hari demi hari
paman saya menunjukan watak aslinya, dia sering maki maki saya di depan
pelangan sampai pernah kaki saya bengkak ga bisa jalan di timpug sama
kunci busi. Saya mengadu sama ayah tapi di tanggapi dengan enteng,
proses jadi montir memang begitu. saya betul betul tertekan beberapa
bulan magang di sana sampai sempat bohongi ayah bilang magang tapi
nongkrong di pasar sapi bringkit ga makan seharian karena cuma di kasi
ongkos pulang pergi sama ayah. Pulangnya saya mengorek bak sampah
mencari kertas karbon di gosokan ke baju biar terkesan habis dari
bengkel. penipuan ini saya lakukan berulang ulang akhirnya ketahuan juga
pas saya nyampai rumah dengan baju kotor sempurna, ayah bilang nenek
meninggal. paman saya bengkelnya tidak buka dan ayah saya geleng kepala
merasa di kibuli dari dulu.
Saya jadi bingung apa saya bodoh tolol
apa hanya tertekan dan terlalu di paksa agar cepat bisa. Ternyata tidak
dan iya. Buktinya sehabis pindah magang saya lebih banyak menyerap ilmu
dan mengerti mesin, walau agak lambat dari sang penghobi kutak katik
mesin.
Akhirnya musim sekolah mulai, bully jalan terus tapi ga
seberapa tertekanya dari makian dan hajar sang paman. sampai akhir
kelulusan tiba saya tidak sempat mengambil ijasah karena keburu di taruh
kerja oleh ayah di dealer, tidur di dalam hanya melampirkan foto kopi
raport. gampang di terima kerjanya serabutan layaknya ptr. Saya berpikir
mungkin bapak saya gak sabaran pengen bali modal menyekolahkan saya
sampai setara SMA. 3 tahun saya mampu bertahan. Uang gaji tak seberapa
saya titip sama ayah buat modal kelak hanya berupa buku tabungan banyak
merahnya. saldonya cuma beberapa rupiah gak sampai lima ribu. Saya
kecewa dalam 3 tahun ga lihat yang namanya gaji. Padahal waktu itu saya
tidak merokok. saya berhenti kerja untuk beberapa bulan, dorongan ayah
untuk tidak mengutamakan uang dan lebih mengutamakan pengalaman saya
rasa akan terus membelenggu hidup saya.
Uang adalah hak saya
untuk di nikmati karena hasil kerja walau bisa di bilang saya bukan
pekerja keras karena saya belum tahu trik bekerja keras dengan peluang
atau pencapaian yang sempurna. lupa saya mencertakan ayah saya seorang
penjahit sejak puluhan tahun dan ingin punya anak yang tidak mengikuti
jejaknya, tetepi menularkan teori teori yang sifatnya monoton, tidak
sesuai dengan situasi saat ini. Sebenarnya saya lebih tertarik dengan
pekerjaan ayah dari pada jadi montir.
Sekarang saya sudah menikah
dan di karuniai satu orang putera kelas 2 SD. Saya dan istri merintis
usaha sejak 8 tahun silam dan bersyukur ekonomi mulai membaik, hutang2
ayah terlunasi, walau dulu ayah saya tidak begitu menyukai pacar saya
atau calon menantunya yang sama sama belajar menapak masa depan. sepuluh
tahun pacaran saya belajar montir dia belajar jarit.
Sekarang saya lebih banyak bantu-bantu istri kerja karena skil saya gak begitu mumpuni padahal menjahit hobi saya.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk yang sempat membacanya dan di beri kemudahan jalan hidup sama Tuhan yang maha Esa
Artikel
ini adalah kiriman dari wartawan independen. Dan seluruh tulisan
dalam halaman ini adalah bukan menjadi tanggung jawab admin iNuPEDIA.
Terima Kasih.
Sumber: http://mulutburung.blogspot.com/2015/03/perjalanan-hidupku-seakan-dipaksakan.html
Berdasarkan Label: Kisah Inspiratif
0 Cuap-Cuap
Trackback URL | Comments RSS Feed