• RUANG KELUARGA
  • Sedekah Jempol Dulu Yuk!

    "Perjalanan Hidupku Seakan Dipaksakan"



    Mungkin ada sebagian orang termasuk saya ingin mengulang kejadian
    lampau, memperbaiki kesalahan yang menjadi beban di hari selanjutnya.

    Tapi itu tak bermanfaat karena tak mungkin terjadi, kecuali kita
    terlahir kembali. Disini saya akan menceritakan sedikit pengalaman hidup
    yang sudah ada masih menjadi beban penyesalan, walaupun memotifasi diri
    saya namun tidak tepat sasaran alias konyol.
    Saya tamat smp tahun
    94 dengan nem cuma 33,33 sedangkan sekolah lanjutan atas negeri pada
    waktu itu mematok nem 37,00. Pikiran jadi kacau makan tak enak tidur apa
    lagi, mendengar kokokan ayam jago pun seakan terasa masih terjebak masa
    lalu. Karena saya selalu murung , ayah akhirya tau permasalahan saya,
    dan menyarankan sekolah swasta yang tidak saya minati karena dulu
    sekolah swasta terkesan bersiswa nakal dan bodoh. apalah daya ahirnya
    saya terima. Saya mengambil jurusan otomotif di smk saraswati tabanan.
    kesan pertama tidak begitu mengenakan di mana saya seakan ada di
    kehidupan baru yang gersang, berbeda dengan waktu smp yang suasana
    lingkunganya sejuk dan rindang.   Waktu terasa sangat panjang pada jam
    belajar mungkin karena terlalu di paksakan dari awal. kebosanan saya di
    sekolah makin menjadi jadi karena saya sempat di bully teman sekelas.
    Akhirnya sistem magang pun mulai. hati saya mulai tenang karena akan
    lebih banyak ada di dunia kerja/lapangan ketimbang di sekolah. saya
    memilih reparasi sepeda motor karena fisik saya tidak begitu kuat, dan
    maunya magang di sebuah dealer, tapi lagi lagi ayah saya menyarankan
    saya magang di tempat paman yang kebetulan montir sepeda motor. Lalu
    hari pertama saya di antar ayah ke tempat kerja paman, dia tidak punya
    anak lebih dari 30 th stelah menikah. pikiran saya, di pasti akan
    menganggap saya seperti anak sendiri.
    Ternyata hari demi hari
    paman saya menunjukan watak aslinya, dia sering maki maki saya di depan
    pelangan sampai pernah kaki saya bengkak ga bisa jalan di timpug sama
    kunci busi. Saya mengadu sama ayah tapi di tanggapi dengan enteng,
    proses jadi montir memang begitu. saya betul betul tertekan beberapa
    bulan magang di sana sampai sempat bohongi ayah bilang magang tapi
    nongkrong di pasar sapi bringkit ga makan seharian karena cuma di kasi
    ongkos pulang pergi sama ayah. Pulangnya saya mengorek bak sampah
    mencari kertas karbon di gosokan ke baju biar terkesan habis dari
    bengkel. penipuan ini saya lakukan berulang ulang akhirnya ketahuan juga
    pas saya nyampai rumah dengan baju kotor sempurna, ayah bilang nenek
    meninggal. paman saya bengkelnya tidak buka dan ayah saya geleng kepala
    merasa di kibuli dari dulu.
    Saya jadi bingung apa saya bodoh tolol
    apa hanya tertekan dan terlalu di paksa agar cepat bisa. Ternyata tidak
    dan iya. Buktinya sehabis pindah magang saya lebih banyak menyerap ilmu
    dan mengerti mesin, walau agak lambat dari sang penghobi kutak katik
    mesin.
    Akhirnya musim sekolah mulai, bully jalan terus tapi ga
    seberapa tertekanya dari makian dan hajar sang paman. sampai akhir
    kelulusan tiba saya tidak sempat mengambil ijasah karena keburu di taruh
    kerja oleh ayah di dealer, tidur di dalam hanya melampirkan foto kopi
    raport. gampang di terima kerjanya serabutan layaknya ptr. Saya berpikir
    mungkin bapak saya gak sabaran pengen bali modal menyekolahkan saya
    sampai setara SMA. 3 tahun saya mampu bertahan. Uang gaji tak seberapa
    saya titip sama ayah buat modal kelak hanya berupa buku tabungan banyak
    merahnya. saldonya cuma beberapa rupiah gak sampai lima ribu. Saya
    kecewa dalam 3 tahun ga lihat yang namanya gaji. Padahal waktu itu saya
    tidak merokok. saya berhenti kerja untuk beberapa bulan, dorongan ayah
    untuk tidak mengutamakan uang dan lebih mengutamakan pengalaman saya
    rasa akan terus membelenggu hidup saya.
     Uang adalah hak saya
    untuk di nikmati  karena hasil kerja walau bisa di bilang saya bukan
    pekerja keras karena saya belum tahu trik bekerja keras dengan peluang
    atau pencapaian yang sempurna. lupa saya mencertakan ayah saya seorang
    penjahit sejak puluhan tahun dan ingin punya anak yang tidak mengikuti
    jejaknya, tetepi menularkan teori teori yang sifatnya monoton, tidak
    sesuai dengan situasi saat ini. Sebenarnya saya lebih tertarik dengan
    pekerjaan ayah dari pada jadi montir.
    Sekarang saya sudah menikah
     dan di karuniai satu orang putera kelas 2 SD. Saya dan istri merintis
    usaha sejak 8 tahun silam dan bersyukur ekonomi mulai membaik, hutang2
    ayah terlunasi, walau dulu ayah saya tidak begitu menyukai pacar saya
    atau calon menantunya yang sama sama belajar menapak masa depan. sepuluh
    tahun pacaran saya belajar montir dia belajar jarit.
    Sekarang saya lebih banyak bantu-bantu istri kerja karena skil saya gak begitu mumpuni padahal menjahit hobi saya.
     Semoga tulisan ini bermanfaat untuk yang sempat membacanya dan di beri kemudahan jalan hidup sama Tuhan yang maha Esa

    Artikel
    ini adalah kiriman dari wartawan independen. Dan seluruh tulisan
    dalam halaman ini adalah bukan menjadi tanggung jawab admin iNuPEDIA.
    Terima Kasih.




    Sumber: http://mulutburung.blogspot.com/2015/03/perjalanan-hidupku-seakan-dipaksakan.html

    Berdasarkan Label:

    Napak Tilas

    iNuPEDIA merupakan warung online yang informatif. Karena selain menjajakan produk tertentu, iNuPEDIA juga menyajikan ragam informasi bermanfaat yang berasal dari sumber terpercaya dan akurat. Melalui media ini... >> Baca Lanjutannya.

    Jangan Sungkan Bercuap-cuap...

    Buatlah Aku Tau Atas Apa Yang Kau Tau. Dan Pun Sebaliknya.

    JANGAN SUNGKAN

    Menu :

    Ikuti iNuPEDIA = Anda Dapat 1 Follower