• RUANG KELUARGA
  • Sedekah Jempol Dulu Yuk!

    Cerpen: "Insya Allah Istiqomah"

     “Alhamdulillah semangat baru.” kataku dalam hati. Ku pancarkan sebuah senyuman bahagia di siang hari yang sangat terik ini. Ada rasa damai, tatkala aku melewati pematang sawah yang menghijau. Ditambah Sang Raja Siang yang mulai tertutup awan mendung, menjadikan keadaan sekeliling sedikit membaik.
    Aku mulai teringat kejadian yang baru saja aku alami di sekolah tadi. Ternyata Tuhan memang tidak tidur, doaku terlalu cepat terjawab. Bahagianya hatiku ternyata ada yang lebih kuasa untuk mengabulkan semua permintaanku. Apalagi kalau bukan soal cinta, aku terlalu pemalu untuk urusan yang satu ini. Pikiranku hanya ada, wanita harus mampu mempertahankan harga dirinya. Wanita itu tidak boleh meminta-minta soal cinta kepada laki-laki. Wanita kan berhak menolak. Iya kan? Lagi pula agamaku juga melarang untuk bergandengan tangan antar lawan jenis, kesana kemari tanpa urusan yang jelas. Buang-buang waktu saja, jadi lama sekolahnya.
    Aku Desti Murniasih, nama yang sederhana. Sesederhana paras dan penampilanku. Aku bukan orang yang cantik, bukan orang yang hebat, dan bukan juga orang yang luar biasa. Tapi, aku selalu berusaha menjadi makhluk yang luar biasa di mata Allah.
    Sudah 6 bulan ini aku memang mengagumi seseorang. Ya hanya sebatas kagum. Kalaupun mungkin cinta, hanya aku pendam dalam-dalam. Dia Ilham Dirgantara, orangnya pendiam, pandai, lembut, penuh tanggungjawab dan tak lupa dia anak yang sholeh. Aku tahu banyak wanita yang suka kepadanya. Tapi, siapa juga yang melarangku untuk mengaguminya? Kalaupun dilarang, mereka juga tidak pernah akan tahu kalau aku juga suka.
    “Desti.. Desti.. Aduh aku repot sekali hari ini!” teriak Ratna, temanku dari belakang kemudian menghampiriku.
    “Ada apa memangnya?” tanyaku sambil menutup buku.
    “Bantu belajar ekonomi yuk!”
    “okelah.” Maklum anak remaja itu belajarnya hanya bertahan seberapa menit saja, sisanya buat ngobrol tanpa arah dan tujuan.
    “Aku mau cerita nih” kata Ratna.
    “cerita apa?” tanyaku
    “aku dapat respon baik dari Ilham, suka deh aku hari ini!” jelasnya bersemangat.
    “oh soal itu..” jawabku singkat. Mungkin aku sakit hati, ataukah mungkin ini yang dinamakan cemburu. Aku tau, temanku ini suka dengan Ilham. Sedangkan aku juga. Aku juga tidak dapat menyalahkan siapa-siapa, karena sebelum janur kuning melengkung, perasaan ini boleh-boleh saja bagi siapapun. Temanku ini juga bukan princes dalam negeri dongeng, tapi karena mungkin dia lebih berani daripada aku lah yang menjadikan mereka lebih akrab. Aku memang gadis pemalu. Bahkan aku tidak dapat membayangkan jika aku menjadi gadis pemberani, akrab dengan lawan jenis, berani saling cubit, yang kemudian tidak tau norma dan batasan agama, Ya Allah… Aku tidak mau memasukkan kedua orangtuaku ke dalam neraka. Tidak!! Aku dilahirkan bukan untuk itu. Aku dilahirkan Insya Allah untuk menjadi orang besar, anak yang bisa mengangkat derajat orang tua dan membahagiakan mereka dunia dan akhirat. Aku anak perempuan yang mampu mengantarkan mereka dalam surgaNYA. Amin…
    Ku tersadar dari lamunanku. Dan aku segera beranjak untuk pergi, tapi tiba-tiba temanku menahanku. “eits.. Tunggu dulu, aku kan belum cerita.”
    “cerita apa? Tentang dia kan? Tidak baik perempuan itu membicarakan laki-laki” sangkalku.
    “eh siapa bilang? Itu.. Itu lihat, Ilham menghampiri kita!”
    ‘haishh… Kenapa pakai acara kesini lagi itu Ilham’ batinku tak karuan.
    Ilham duduk tepat di depanku. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa bukunya. “Des bantu aku ya” sapa Ilham sambil menyerahkan salah satu bukunya kepadaku.
    “bantu apa?” jawabku sambil menerima bukunya dengan pandangan yang masih menunduk.
    “tolong berikan jawaban yang betul ya?”
    “aku?”
    “iyalah Des, siapa lagi.”
    Tidak banyak bicara aku membuka bukunya dan membaca soal-soal di dalamnya. Dengan begini keadaan menjadi lebih baik daripada aku harus memandangi wajahnya. Punya keberanian dari mana kalau ujung-ujungnya maksiat. Berada di dekatnya saja, aku sudah pucat pasi.
    Beberapa menit kemudian, aku disuguhkan dengan pembicaraan temanku dengan Ilham. “Ham, ngomong-ngomong wanita yang baik itu menurutmu yang bagaimana sih?” tanya temanku
    “ya seperti syariat agama, wanita yang selalu menundukkan pandangannya terhadap lelaki dan tetap istiqomah.” Deg.. Hatiku pun berdesir, mengapa ada getaran-getaran aneh dalam diriku. Mungkinkah yang dimaksud Ilham itu sikapku? Ah.. Pikiran kotor! Mengapa aku menjadi seperti ini. Aku harus bisa menjaga hati dan tetap istiqomah berada di jalan Agama Allah. Aku pun juga sangat bersyukur, aku bisa belajar bersama dengan Ilham. Itulah doa sederhana yang selalu ku panjatkan. Terimakasih Ya Allah.. Urusan jodoh, itu kuasaMU.
    ===========================================================================
    Created By: Moeksa Dewi
    Sumber: http://cerpenmu.com
    *************************************************************************************

    Berdasarkan Label:

    Napak Tilas

    iNuPEDIA merupakan warung online yang informatif. Karena selain menjajakan produk tertentu, iNuPEDIA juga menyajikan ragam informasi bermanfaat yang berasal dari sumber terpercaya dan akurat. Melalui media ini... >> Baca Lanjutannya.

    Jangan Sungkan Bercuap-cuap...

    Buatlah Aku Tau Atas Apa Yang Kau Tau. Dan Pun Sebaliknya.

    JANGAN SUNGKAN

    Menu :

    Ikuti iNuPEDIA = Anda Dapat 1 Follower